PS: Artikel ini merupakan opini saya terhadap tren notch pada smartphone serta berupaya mengulas mengapa OEM sukar untuk menghindarinya.
“Kami menciptakan sebuah desain yang begitu halus dan menyatu sehingga Anda sukar mengetahui mana bagian ujung layarnya.. dan seperti biasa.. Anda tahu kan, tidak ada notch!” Ucapan Justin Denison itu dimaksudkan sebagai lawakan. Sayangnya tidak ada yang tertawa (bahkan tanggapan publik sepi-sepi saja) saat Senior Vice President Product Strategi and Marketing Samsung mengucapkannya dalam presentasi Galaxy S9 di MWC yang baru saja berlalu. Padahal ini mungkin merupakan keyword penting yang menunjukkan posisis Samsung sebagai pembeda dan antitesis iPhone X dalam hal desain.
Sementara itu, tetangga sebelah di booth-nya dengan bangga menyatakan bahwa perangkat mereka memiliki notch yang lebih kecil dari iPhone X!
Our notch is smaller! pic.twitter.com/U5xWeAx9Ih
Vlad Savov (@vladsavov) February 27, 2018
Iklan baru dari Leagoo, sebuah produsen Android asal Tiongkok juga menampilkan tim Tottenham Spurs, dengan sang penyerang calon legenda Inggris, Harry Kane, memegang Leagoo S9 Pro dengan wajah canggung, lengkap dengan slogan: Android Oreo Notch Display
Lalu belum sempat saya tersadar, nampaknya tren notch ini adalah sesuatu yang nyata.
2018 “Notch” Trend pic.twitter.com/CLm9UGqFPr
Ben Geskin (@VenyaGeskin1) March 2, 2018
Bukan hanya ‘nyata’, tapi juga sudah begitu jelas siapa inspiratornya karena kita dapat menarik garis lurus kemiripan antar perangkat yang baru dirilis tersebut: iPhone X!
Dalam sebuah diskusi, teman-teman komunitas penggemar Android saya bahkan sukar menutupi rasa risihnya oleh tindakan OEM yang mengekor Apple ini. Bagaimanapun juga, orisinalitas merupakan hal yang banyak dihargai. Menggunakan produk yang bakal di-bully sebagai kloningan akan menjadi dilema tersendiri.
Asal Muasal Notch
Meskipun bukan yang pertama menggunakan desain dengan notch (Essential sepertinya yang pertama), iPhone X mungkin adalah yang paling populer. Pada saat pertama kali diluncurkan pun, notch pada iPhone X banyak menerima komentar buruk tentang bagaimana notch tersebut ‘merusak’ tampilan elegan sebuah smartphone. Kenapa ini kemudian bisa menjadi tren? Head of marketing ASUS, Marcel Campos mengungkap hal tersebut kepada The Verge dalam sebuah wawancara, “bagaimanapun juga kami tidak dapat menjauhi apa yang diinginkan pengguna. Anda harus mengikuti tren di industri ini.” Komentar tersebut sekilas kelihatan valid meskipun agak menyedihkan. Apalagi sebenarnya, seperti halnya jalan yang dengan gagah dipilih Samsung, OEM sebenarnya tidak perlu ikut-ikutan memasang notch.
Jika kita melihat fungsi, kenapa notch ada di iPhone X? Karena memang dia perlu ada. Apple ingin menciptakan sebuah perangkat didominasi oleh layar, yang berarti menghapus bezel seminimal mungkin, menghilangkan fingerprint sensor, kemudian ini yang penting: menambahkan kamera 3D sensing untuk Face ID. Nah, untuk fitur ini, maka Apple memerlukan sedikit bagian dari layar, yang kemudian akhirnya diakomodasi oleh lekuk mirip poni yang populer dengan sebutan notch tersebut. Dan Apple dengan kekuasaannya memang mampu ‘memaksa’ developernya untuk memanfaatkan notch tersebut, bukan malah menyembunyikannya sebagai bagian dari pengalaman software milik Apple.
Sedangkan dalam tren yang berkembang di ponsel Android akhir-akhir ini: Yang penting ada notch, bukan fungsi. Perangkat tersebut tidak memiliki teknologi pemindaian wajah tingkat lanjut – biasanya hanya kamera selfie, speaker, dan sensor ambient. Keputusan menggunakan notch bagi produsen Android, adalah murni karena mereka ingin tampil seperti iPhone X!
Ini memang bukan barang baru. Ketika Apple melakukan perombakan desain besar-besaran, seperti dengan iPhone 6 dan 6 Plus pada tahun 2014 (yang mana sebetulnya Apple ‘terinspirasi’ oleh ukuran perangkat-perangkat Android yang semakin besar) – Tiba-tiba banyak perangkat Android yang ‘memiripkan’ desainnya dengan iPhone. Sudut-sudut yang membulat, garis antena, tonjolan kamera di sudut kiri atas. Utamanya kamu bisa menemukan perangkat model seperti ini pada hasil produksi Vivo, Xiaomi, Meizu, dan Oppo. Ini sepertinya akan terus berlanjut dengan notch milik iPhone X. Menurut saya sebuah hal yang tidak perlu diikuti oleh OEM, karena ini justru mengonfirmasi bahwa perangkat Apple adalah yang paling diterima konsumen. Bagian terburuknya: Google justru mempersiapkan versi Android yang secara formal mendukung notch sebagai upaya antisipasi membanjirnya perangkat yang ‘terinspirasi’ oleh Apple.
Semoga hanya Tren yang Cepat Berlalu
Beberapa tahun belakangan ini, saya memandang dunia Android sangat dinamis dan kreatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai pengembangan teknologi smartphone terbaru sebagian besar merupakan sumbangan dari perangkat Android. Layar depan belakang (Yota Phone), layar lipat (ZTE Axon M), mods yang bisa dilepas pasang (Moto Z), dan masih banyak lagi teknologi dari dunia Android yang selalu menjadikan saya terkagum-kagum. Karena itu saya kadang tidak habis pikir, apakah perlu menerapkan ‘tren’ yang kadang tidak perlu pada produk yang sebenarnya sudah menarik dan punya nilai jual tersendiri.
Notch ini sedikit di antara tren yang saya harapkan cepat berlalu agar dunia smartphone (terutama Android) kembali seru dan menggugah hati saya seperti biasanya.
To all the Android phone makers copying the notch, animojis and suddenly deciding that dual cameras need to be aligned vertically in the top left corner pic.twitter.com/Dfcj6NFnyI
TechAltar (@TechAltar) February 28, 2018
Referensi:
Byford, Sam. (2018). The Clone Wars: iPhone X copycats battle for notch supremacy. The Verge
Nestor, Marius. (2018). The “Notch” is Becoming a Trend in 2018, and You’ll Have to Deal With It. Softpedia News.