(Opini) Samsung Galaxy S25 Series: Inovasi atau Stagnasi?

Sekitar minggu lalu sebelum artikel ini ditulis, Samsung merilis Galaxy S25 Series, dan di banyak aspek, bisa dibilang perangkat ini hanyalah versi sedikit lebih baru dari perangkat yang sebaya atau sama. Tidak sedikit para pengguna merasa Samsung Galaxy S25 Series merasa bosan, meskipun kenyataannya, seri Galaxy tetap laku di pasaran. Tapi pertanyaannya adalah, apakah konsumen benar-benar puas dengan perangkat ini?.

Baca Juga:

Samsung dan Sejarah Eksperimennya

Samsung adalah nama besar dalam dunia Android, bahkan sering kali bertukar posisi dengan Apple sebagai merek smartphone terbesar di dunia. Dahulu, warisan Galaxy dibangun dari keberanian Samsung mencoba berbagai hal-hal baru. Strateginya cukup simpel: lempar ide sebanyak-banyaknya, dan lihat apa yang berhasil. Hasilnya? Ada fitur inovatif yang diterima dengan baik oleh para pengguna, dan ada juga yang gagal total. Tapi setidaknya, setiap generasi smartphone Galaxy terasa segar dan berbeda. Namun, cepat ke masa sekarang, dan situasinya terasa bertentangan.

Seri Galaxy: Mirip dari Tahun ke Tahun

Lihat saja Galaxy S23, S24, dan sekarang S25. Jika dilihat dari hardware, perangkat ini hampir identik. Desain inti tetap sama dengan beberapa perubahan kecil seperti cincin kamera. Spesifikasi inti juga tak banyak berubah, dan harganya pun relatif serupa. Tidak ada pembaruan besar yang terasa berarti.

Memang, model Ultra masih membawa beberapa perubahan yang cukup menarik, seperti peningkatan pada layar dan material. Tapi untuk keseluruhan lini flagship, inovasi Samsung terlihat mandek. Kecuali jika para penggunanya lebih suka memanfaatkan fitur AI yang jujur saja, bukan alasan utama kebanyakan orang membeli smartphone – Samsung tampaknya belum membawa perubahan yang substansial. Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan sejarah Samsung yang dulu selalu mendorong batas inovasi.

Meski banyak kritik, kenyataannya Samsung tetap menjual smartphone-nya dengan baik. Aku mencatat dua poin besar yang menjadi alasan mengapa Samsung masih dianggap stuck dalam pengembangan di pasaran.

Kameranya tertinggal dari kompetitor.

Tidak ada fitur hardware besar dalam 5 tahun terakhir (di luar perangkat lipat). Kompetitor seperti Google Pixel dan OnePlus menghadirkan pengalaman serupa dengan harga lebih murah. Misalnya, Galaxy S Ultra dijual seharga $1.300, sementara perangkat seperti Pixel atau OnePlus menawarkan pengalaman yang hampir sama dengan kamera yang lebih baik dan fitur hardware/software yang menarik – dengan harga yang lebih murah.

Inovasi Foldable yang Hebat tapi Selanjutnya Stagnan

Perangkat lipat atau Foldable adalah satu pengecualian. Samsung menciptakan kategori ini dan memimpin pasar, meninggalkan merek lain untuk mengejar. Tapi hanya dalam beberapa tahun, Galaxy Z Fold dan Z Flip mulai terasa stagnan. Kompetitor, terutama dari merek-merek China, kini melampaui Samsung dalam desain, fitur, dan bahkan harga.

Galaxy Z Fold, misalnya, terasa jauh tertinggal dibandingkan pesaingnya. Ironisnya, Samsung tetap meminta harga yang lebih tinggi untuk perangkat ini. Bahkan, Samsung secara terbuka mengakui kesulitan menarik pelanggan baru untuk kategori foldablenya.

Jika perangkat yang bisa dilipat menjadi dua tidak cukup untuk membangkitkan inovasi Samsung, apa yang akan terjadi? apakah kamu benar-benar puas dengan kondisi smartphone Samsung saat ini? Apakah kamu memiliki perangkat Samsung Galaxy Series? Apa alasan kamu membelinya, dan apakah kamu berencana untuk upgrade ke model yang lebih baru?, tulis pendapat kamu pada kolom dibawah ya!.

Sumber

David James

Hobi nge game di pusat kebugaran, orang santuy yang terjebak di negara barbar

Post navigation