Riset Counterpoint: Samsung Masih Nomor 1 di Indonesia, Xiaomi No 2

Selain Canalys, firma riset Counterpoint juga mengumumkan hasil riset pangsa pasar smartphone di Indonesia pada kuartal ke-2 2019 ini. Hasilnya berbeda.

Dikatakan Parv Sharma, analis Counterpoint, penjualan smartphone di Indonesia tetap meningkat sebesar 6% secara Year-on-year (YoY) pada kuartal ke-2 2019. Peningkatan ini terjadi karena promosi-promosi yang dilakukan brand smartphone pada masa bulan Ramadhan yang lalu.

Namun, pengapalan smartphone di Indonesia justru turun 4% secara YoY karena permintaan smartphone yang sedikit selepas kuartal ke-4 2018.

Baca Juga:

Counterpoint turut melansir 5 besar merek smartphone di Indonesia berdasarkan pangsa pasar atau market share. Nomor 1 masih ditempati oleh Samsung dengan market share sebesar 27%. Penjualan Samsung tetap kokoh karena smartphone murah Galaxy J yang kini mulai digantikan dengan Galaxy A.

“Seri A yang diperbarui telah mendorong penjualan bagi merek dengan model utama seperti Galaxy A50 dan A10. Lebih jauh lagi, kehadiran (penjualan) offline telah membantu menjaga posisi dominan di pasar,” kata Tarun Pathak, Associate Director Counterpoint.

Sementara itu ditempat kedua ada Xiaomi dengan ‘kue’ pasar sebesar 20%. Counterpoint mengatakan, Xiaomi begitu laris di Indonesia berkat strategi penjualannya yang kuat, dan larisnya Redmi 6A. Penjualannya naik 18% secara YoY.

Xiaomi juga memperlebar sayap penjualan secara offline dengan ekspansi Mi Store hingga 40 toko pada kuartal pertama 2019, dan menggandeng beberapa e-commerce untuk penjualan online.

Jika pada riset yang dilakukan Canalys ada diposisi pertama, dalam riset Counterpoint ini, Oppo berada di posisi ke tiga dengan perolehan market share 17%. Setidaknya ada dua smartphone Oppo yang begitu laris di pasaran yakni Oppo A5s dan Oppo A3s, yang kemudian diikuti dengan seri F.

Penjualan Oppo juga naik 8% secara YoY, yang turut dibantu dengan diversifikasi produk dan mulai masuknya Oppo Reno yang menyasar kelas menengah ke atas dan flagship.

via Counterpoint

Kemudian di tempat ke empat ada Vivo dengan market share 9%, dan penjualannya tumbuh mencapai 50%.

Asus yang sebelumnya ada di urutan ke lima harus terdepak dan ada di urutan ke enam. Posisi yang sebelumnya dikuasai Asus ini kini digantikan oleh Realme, sub-brand dari Oppo. Realme menggenggam market share sebesar 8 persen.

Sementara itu sisanya sebesar 18% masih dibagi-bagi dengan beberapa smartphone lainnya, yakni Asus, Nokia (HMD), dan Huawei. Advan menjadi satu-satunya merek lokal yang masuk dalam 10 besar market share smartphone di Indonesia.

Counterpoint menyebut, smartphone dengan harga dibawah 200 Dollar AS (sekitar Rp 2,8 juta) sangat mendominasi pasar smartphone Indonesia. Meski begitu, Counterpoint memprediksi konsumen akan mulai melirik smartphone segmen menengah atas sebab para merek Tiongkok telah memperbanyak produknya di lini ini.

Penjualan secara offline juga masih banyak peminatnya dan mendominasi dibanding online. Toko atau retailer ponsel besar seperti Erajaya sukses memikat para merek ponsel untuk menjual produk smartphonenya. Counterpoint mengatakan masih ada peluang yang begitu besar pada penjualan offline, terlebih setelah peraturan ponsel ilegal dan blokir IMEI nantinya.

“Selain itu, pemerintah akan mengumumkan peraturan baru di Agustus, yang bertujuan menghentikan distribusi ponsel ilegal. Kami percaya ini adalah langkah ke arah yang benar dan berdampak positif bagi retailer terkemuka di negara ini,” tambah Tarun.

Gimana komentar kamu?

via Counterpoint, 2

Indra Krisnadi

Televisi dan Gadget. Mau tanya-tanya atau ngobrol? Cukup follow Twitter atau LINE @indrakrisnadi.

Post navigation