Kabar terbaru datang dari Telegram dimana mereka telah menghapus ratusan saluran yang menyerukan tentang kekerasan. Meskupin saluran publik dapat dimoderasi, tetapi kamu tidak usah khawatir karena obrolan pribadi tetap tidak akan disentuh oleh Telegram.
Baca Juga:
- Desakan Untuk Penghapusan Kebijakan WhatsApp Semakin Meluas
- Google Mengeluarkan Fitur Incognito Mode di Google Asisten
Seperti yang diutarakan oleh CEO Telegram yaitu Pavel Durov lewat postingannya di channel Telegramnya, bahwa tim moderasi dari Telegram telah menghabiskan beberapa minggu terakhir untuk menutup ratusan saluran yang menyerukan kepada publik untuk melakukan kekerasan.
Ini adalah buntut dari kekerasan yang dilakukan oleh pendukung Trump yang menempati US Capitol secara paksa. Dan ini juga menjadi bukti keseriusan dari Telegram untuk meningkatkan keamanan di dalam aplikasinya, apalagi ada sebuah wacana bahwa Telegram akan di-blokir di Amerika Serikat karena permasalahan ini.
Pihak Telegram sendiri mengatakan segala bentuk protes maupun debat dipersilahkan di dalam platformnya, akan tetapi ada sebuah peraturan di Terms of Service yang menyatakan bahwa ada larangan mengajak publik untuk menyerukan kekerasan. Hal inilah yang menjadikan sebuah dasar yang kuat untuk menghapus channel-channel tersebut.
Telegram Menjadi Platform Telekomunikasi Pendukung Trump
Masih dalam kutipan Pavel Durov, pada awal bulan ini ada sebuah peningkatan laporan terkait dengan aktifitas politik di Amerika. Seandainya Telegram tidak memblokir channel-channel mereka ini, maka mereka akan menjangkau lebih banyak orang bahkan hingga puluhan ribu orang, tentu ini akan membuat kerusakan yang masif di negara tersebut.
Ini juga menjadi alasan utama mengapa Telegram juga mengalami peningkatan yang besar ketika periode tersebut. Tetapi, public channel merupakan bagian sekunder dari Telegram, dan untuk bagian private messaging mereka, tetap menggunakan enkripsi end-to-end yang melindungi percakapan dari akses luar.
Di dalam statement Durov tersebut tidak menyebut apapun tentang percakapan sama sekali, dan laporan-laporan ini di dapat Telegram bukan murni dari penyelidikan Telegram melainkan dari para pengguna yang melaporkan saluran tersebut karena secara aktif menghasut kekerasan.
Kerusuhan Amerika Telah Merubah Stabilitas Sosial Media
via Geek Culture
Ya, kerusuhan di Amerika Serikat tersebut secara tidak langsung membuat hampir seluruh sosial media mengetatkan peraturan mereka terkati hate speech dan violent threats. Bahkan hampir semua sosial media memblokir sosial media dari Donald Trump, dan berbagai trending di media sosial menyoroti perihal kerusuhan ini.
Hal ini mungkin akan terus dilakukan oleh para developer sosial media itu hingga pelantikan Joe Biden menjadi Presiden Amerika yang baru. Tidak hanya di bagian sosial media saja, tetapi di aplikasi chat seperti Telegram, WhatsApp, Signal pun sedang mengetatkan peraturan mengenai hate speech dan violent threat hingga masa pelantikan tersebut berakhir.