Untuk sekarang ini garis antara platform media sosial dan outlet berita mulai kabur, dengan begitu resikonya sangatlah besar karena kesempatan untuk menyebarkan sebuah info yang menyesatkan semakin besar. Parahnya, sosial media terlalu mudah untuk memasang sesuatu informasi dan tidak ada pengecekan fakta saat informasi tersebut dilempar ke ranah sosial media.
Baca Juga:
- Memperingati Womens International Day Google Asisten Menyediakan Stories Bertema Wonder Woman
- Google Memperluas Fitur Google Full Coverage Untuk Menambahkan Berita Kedalam Penelusuran
Apakah Benar Algoritma Instagram Sekarang ini Mempromosikan Misinformastion?
Menurut penelitian dari The Center for Countering Digital Hate (CCDH), mereka telah merinci temuan penelitian terbarunya yang menyatakan bahwa algoritma Instagram telah merekomendasikan sebuah informasi yang salah tentang COVID-19 dan anti-vaksinasi kepada jutaan penggunanya.
Dengan menggunakan sebuah akun khusus selama pengetesan, CCDH telah menemukan bahwa fitur halaman eksplore pada Instagram dan fitur postingan yang direkomendasikan, mampu mendorong pengguna untuk melihat sebuah kiriman yang menampilkan informasi palsu.
Terlebih lagi, jika kamu berinteraksi tentang postingan tersebut entah menyukai atau mengomentarinya, maka kamu akan didorong ke konten yang ekstremis lainnya.
Para peneliti tersebut membuat sekitar 15 profil Instagram baru untuk mengikuti berbagai akun, mulai dari otoritas kesehatan hingga akun yang mendukung anti vaksin. Mereka juga mencatat setiap rekomendasi yang mereka dapatkan setiap minggunya dari 14 September hingga 16 November 2020.
Dari catatan para peneliti tersebut, ada sekitar 104 postingan yang menampilkan informasi yang salah dari berbagai topik seperti COVID-19/Coronavirus sebesar 57,7%, Vaksin 21,2%, Pemilu Amerika 12,5%, QAnon 8,7%.
Bisa dibilang, Instagram merupakan satu-satunya media sosial besar yang tidak melakukan langkah besar untuk menindak penyebaran informasi menyesatkan. Sebelumnya Instagram pernah memberlakukan penghapusan sementara pada Recent page sebelum pemilu Amerika tahun 2020 yang lalu, tetapi hanya langkah tersebut yang ditempuh oleh Instagram.
Sedangkan untuk media sosial lainnya seperti Facebook telah menghapus semua postingan yang diduga menyesatkan seputar COVID-19 di bulan Agustus lalu. Sedangkan Twitter merilis Birdwatch di bulan Januari untuk menanggulangi penyebaran hoax, dan terakhir TikTok menghapus ribuan postingan video tentang informasi terkait misinformasi hasil pemilu Amerika di bulan Februari. Mungkin sudah waktunya bagi Instagram untuk melakukan langkah serupa, jika tidak Instagram akan penuh dengan berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Respon Instagram dari Hasil Penelitian Tersebut
CCDH pun juga melakukan langkah lanjutan seputar hasil dari laporan tersebut. Mereka telah membuat sebuah surat terbuka kepada CEO Facebook Mark Zuckerberg untuk memperbaik algoritma Instagram tersebut, dan Facebook pun sudah memberikan sebuah respon yang cukup menolak hasil penelitian tersebut.
Juru bicara Facebook mengatakan bahwa penelitian tersebut telah kedaluarsa dan didasarkan pada ukuran sampel yang sangat kecil. Dari jawaban tersebut sangat mungkin jika Instagram tidak memiliki rencana untuk mengubah algoritma yang riskan tersebut.
Lalu bagaimana pendapat kamu tentang Instagram ini?. Tulis pendapat kamu pada kolom komentar dibawah ini ya, semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu semuanya, terima kasih!.