Beberapa waktu lalu, Google akhirnya memutuskan mengenakan biaya bagi para Original Equipment Manufacture atau produsen yang membuat smartphone atau tablet Android, jika ingin menginstall layanan Google. Kini mulai terungkap besaran biayanya.
Diketahui Google akan mengenakan biaya hingga USD 40 atau sekitar Rp 600 ribuan bagi produsen perangkat Android. Namun, produsen bisa memilih apakah menginginkan semua aplikasi Google Mobile Service seperti Gmail, Google Maps, Google Search, Chrome, hingga Play Store dalam perangkat, atau beberapa saja.
Baca Juga:
Google membedakan tarif penggunaan aplikasi dan layanan pra-install Google Mobile Service ini kedalam beberapa kategori berdasarkan kerapatan piksel layar.
Untuk smartphone atau tablet berlayar 500 ppi ke atas, diwajibkan membayar biaya lisensi sebesar USD 40 atau Rp 600 ribuan. Sedangkan layar 400 ppi hingga 500 ppi harus membayar USD 20 atau sekitar Rp 300 ribuan. Jika layar smartphone atau tablet memiliki layar dibawah 400 ppi, produsen hanya membayar USD 10 atau sekitar Rp 150 ribuan saja.
Kemudian, khusus smartphone kelas entry-level di negara tertentu, Google hanya mengenakan biaya lisensi aplikasi Google sebesar USD 2.50 atau sekitar Rp 37 ribuan.
Tapi, jika produsen atau OEM ini memilih tidak menginstall Google Chrome pada smartphone atau tablet mereka, Google mengatakan tidak memberikan pendapatan yang dihasilkan pencarian dari Google Chrome ataupun browser lain, kepada produsen.
Kewajiban untuk membayar biaya ini disebutkan akan diberlakukan mulai 1 Februari 2019 mendatang, dan hanya diberlakukan bagi produsen smartphone atau tablet Android yang menjual perangkatnya di wilayah Eropa.
Sebelumnya Google memutuskan mengenakan biaya lisensi seluruh aplikasinya jika ingin ada sebagai aplikasi pra-install di smartphone atau tablet. Google terpaksa melakukan ini untuk mengganti pendapatan yang hilang karena aplikasi mereka seperti Chrome dan Google Search merupakan sumber pendapatan iklan.
Google juga dikenakan denda sekitar Rp 73,3 Triliun oleh Komisi Eropa karena dianggap melakukan persaingan yang tidak sehat dengan memanfaatkan dominasi Android dengan mendominasi aplikasi dan layanan Google.
Artinya dengan kebijakan ini, harga smartphone di Eropa akan lebih mahal lagi.
Apa komentar kamu?
via The Verge